Jalan Ninja Ketujuh: Memahami Agama Digital di Ruang Hibrida
Creators
- 1. Universitas Gadjah Mada Graduate School/Indonesian Consortium for Religious Studies
Description
Dale Cannon (1996, 2002) framed the religious experiences into a parade of six formations in approaching the Ultimate Reality, Those are the way of sacred rite, the way of right action, the way of devotion, the way of shamanic mediation, the way of mystical quest, and the way of reasoned inquiry. The present undertaking offers the seventh formation, i.e., the religious expressions in digitalized human life, networking, and convergence; the convergence of Internet, online and offline realms, and powers, such as new media, digital democracy, which creating a hybrid media space (Postill & Epafras, 2018). How such formation is manifesting religiosity in this context? Is it a valid religious expression? And others.
The paper explores and reframes religious transcendence into the immanence of human affairs as the effect of the digitalization of life in a networked society. The immanence profoundly impacts religion. The question is no more: What is religion? But what is not religion? Considering this, the Interreligious Studies maneuvered among institutional observation to observe the fluidity of practices, ideological expression, interfaith discourse, and collective politics.
------------------------------------
Dale Cannon (1996, 2002) membingkai dinamika pengalaman beragama dalam enam formasi parade mendekati Sang Kenyataan Asasi/Akhir (the Ultimate Reality), di antaranya Ritus Suci, Perbuatan Benar, dan Ketaatan. Tulisan ini menawarkan peluang formasi ketujuh, yaitu beragama dalam konteks hidup manusia yang semakin terdigitalisasi, berjejaring, dan berkonvergensi. Yaitu dalam konvergensinya jagat mayantara (Internet), dunia daring dan luring, maupun konvergensi kuasa-kuasa lainnya seperti media baru dan demokrasi digital, yang membentuk ruang media hibrida (Postill & Epafras, 2018). Bagaimana formasi dan manifestasi beragama dalam konteks seperti ini? Apakah manifestasi beragama lewat tarian jemari (digital dari kata Latin, digitus, “jari”) adalah bentuk keagamaan yang valid dalam mencapai Sang Kenyataan Asasi/Akhir? Apakah beragama ke tujuh ini bahkan mengasumsikan upaya mencapai Sang Kenyataan Asasi?
Tulisan ini mengeksplorasi dan membingkai ulang dimensi transendental agama ke dalam imanensi pengalaman manusia sebagai efek digitalisasi hidup dalam jejaring. Kondisi imanensi ini berimplikasi luas dalam ekspresi dan manifestasi keagamaan, sehingga pertanyaan yang relevan bukan what is religion? melainkan what is not religion? Dengan mengerti kondisi ini maka kajian lintasagama (Inter-religious Studies) bergerak dari sekat-sekat pengamatan institusional ke dinamika yang lebih cair antara praktek berdigital, ekspresi ideologi, wacana lintasagama, dan politik kolektivitas.
Files
Leonard CE-Jalan Ninja Ketujuh.pdf
Files
(1.0 MB)
Name | Size | Download all |
---|---|---|
md5:0e3289c25e853b0f245051bd2fc20553
|
1.0 MB | Preview Download |