Sejarah Pencurian Lonceng Menara Loji di Jatinangor, Sumedang
Description
The History of the Loji Tower Bell Theft. This article provides a critical examination of the Loji Tower Bell theft that occurred in the early 1980s in Cikeruh District (now Jatinangor), framing it as a symbolic act of resistance against colonial legacy and state authority. Employing a multidisciplinary approach that intertwines colonial history, critical criminology, and local cultural studies, the article reconstructs the social, economic, and architectural contexts of Loji Tower, and maps the planning and execution of the theft carried out by two key figures: Itjang Djoedibarie and Bonang P. Sirait. Drawing from archives and verifiable sources blended into a credible narrative, this paper also analyzes the impact of the bell's absence on the temporal structure of rural life and the symbolic transformation of the site. The findings suggest that the act was not mere theft, but rather an aesthetic sabotage and a calculated disruption of hegemonic order. Beyond offering an alternative narrative to local history, this article emphasizes the power of underground memory in resisting institutionalized forgetting.
Artikel ini mengkaji secara mendalam pencurian Lonceng Menara Loji yang terjadi pada awal 1980-an di Kecamatan Cikeruh (kini Jatinangor), sebagai sebuah peristiwa simbolik yang menandai perlawanan terhadap warisan kolonialisme dan dominasi negara. Dengan pendekatan multidisipliner yang menggabungkan sejarah kolonial, kriminologi kritis, dan kajian budaya lokal, artikel ini menelusuri latar sosial, ekonomi, dan arsitektural Menara Loji, serta memetakan perencanaan dan eksekusi pencurian yang dilakukan oleh dua figur penting: Itjang Djoedibarie dan Bonang P. Sirait. Berdasarkan dokumen arsip dan sumber-sumber faktual yang disusun secara kredibel, penulisan ini juga menganalisis dampak hilangnya lonceng terhadap struktur waktu komunitas tani dan proses transformasi simbolik kawasan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencurian ini bukan sekadar tindakan kriminal, melainkan bentuk sabotase estetika dan gangguan terencana terhadap kekuasaan. Selain menawarkan narasi alternatif atas sejarah lokal, artikel ini juga menggarisbawahi pentingnya memori bawah tanah dalam melawan pelupaan yang dilembagakan.
Files
Sejarah Pencurian Lonceng Menara Loji di Jatinangor, Sumedang.pdf
Files
(533.9 kB)
| Name | Size | Download all |
|---|---|---|
|
md5:3e3cd0c9d691b85ea9cd5d3dc878cc2f
|
533.9 kB | Preview Download |