Konsep Pendidikan Demokrasi Perspektif Islam: Upaya Mendidik Generasi Menjadi Moderat dan Madani
- 1. Universitas Dinamika Surabaya
Description
Abstrak: Politik yang diusung oleh Islam Ahlu as-Sunnah wa al-Jamaah (Aswaja) berprinsip (1) at-tawasuth (moderat, tengah-tengah) atau tak ekstrem, tak anti konsep bernegara memilih asas teokrasi (ketuhanan), aristokrasi (kerajaan), demokrasi (kerakyatan), atau lainnya. Kata kuncinya memenuhi aspek syura (musyawarah), al-’adl (keadilan), al-musawah (kesetaraan derajat), dan al-hurriyyah (kebebasan) dengan menjaga 5 prinsip asas manusia (al-usul al-khamsah): menjaga jiwa (hifdzu an-nafs), agama (hifdzu ad-din), harta benda (hifdzu al-mal), identitas asal-usul/keturunan (hifdzu an-nasl), dan harga diri/kehormatan (hifdzu al-‘irdh), (2) at-tawazun; seimbang dalam penerapan kaidah, teks, rasio, dan realitas, (3) al-i’tidal (tegak lurus) atau tak mudah terprovokasi, dan (4) at-tasamuh (menjunjung tinggi sikap toleran). Realisasi prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan inti ajaran Islam dalam kehidupan, termasuk berpolitik. Bila terealisasi, tidak perlu memaksakan diri dalam bentuk simbolisasi ’berwarna’ kearab-araban atau kebarat-baratan. Negeri ini kaya dengan simbol, sehingga ragam simbol untuk diayomi negara yang merupakan esensi negara Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan itu anugerah Ilahi, kehendak Ilahi, sehingga saling menghormati di tengah perbedaan. Mengeratkan perbedaan untuk saling mengenal dan memahami sehingga saling menolong berbekal perilaku bijaksana. Hal ini menjadi titik tekan dari pendidikan demokrasi perspektif Islam.
Abstract: Politics promoted by Islam Ahlu as-Sunnah wa al-Jamaah (Aswaja) has the principles of (1) at-tawasuth (moderate, middle) or not extreme, not anti-state concept, choosing theocracy (divinity), aristocracy (kingdom), democracy (populist), or others. The key words fulfill aspects of shura (deliberation), al-'adl (justice), al-musawah (equality of degrees), and al-hurriyyah (freedom) by maintaining 5 basic human principles (al-usul al-khamsah): guarding the soul ( hifdzu an-nafs), religion (hifdzu ad-din), property (hifdzu al-mal), identity of origin/offspring (hifdzu an-nasl), and self-esteem/honor (hifdzu al-'irdh), ( 2) at-tawazun; balanced in the application of rules, texts, ratios, and reality, (3) al-i'tidal (perpendicular) or not easily provoked, and (4) at-tasamuh (upholding tolerance). The realization of these principles is essentially the core of Islamic teachings in life, including politics. If it is realized, there is no need to force yourself in the form of 'colored' Arabic or westernized symbolism. This country is rich in symbols, so the various symbols for the protection of the state are the essence of the state of Bhinneka Tunggal Ika. Differences are divine gifts, divine wills, so that we respect each other amid differences. Strengthening differences to know and understand each other so that they can help each other armed with wise behavior. This has become a pressing point for democratic education from an Islamic perspective.
Files
3. Rafi_Konsep Pend Demokrasi (40-50).pdf
Files
(202.2 kB)
Name | Size | Download all |
---|---|---|
md5:4a461c3381db2455321a095bb40cf414
|
202.2 kB | Preview Download |