Published August 2, 2022 | Version v1
Preprint Open

Pelayanan Kesehatan-Keperawatan Jiwa pada Keluarga dan Komunitas: Refleksi dan Pembelajaran dari Manila-Filipina dan Indonesia

  • 1. STIKES Suaka Insan

Description

Ketimpangan antara si kaya dan si miskin, sangat terasa sekali di Manila-Filipina. Selama beberapa tahun hidup dan tinggal di sana, saya menyecap hidup di dunia yang berbeda. Dunia yang dapat digolongkan sebagai dunia mereka yang hidup “menengah ke atas,” dan dunia mereka yang hidup “menengah ke bawah,” bahkan ada pula golongan mereka yang sangat-sangat miskin. Mungkin, seperti halnya di kota Jakarta-Indonesia, dua bahkan tiga dunia yang kontras perbedaannya ini tergambar sangat jelas dan nyata.

Urbanisasi atau perpindahan masyarakat dari desa ke kota, disinyalir menjadi penyebab utama mengapa ketimpangan begitu sangat terasa. Urbanisasi ini bahkan menyumbang hingga 300% ketimpangan antara si kaya dan si miskin yang ada di kota Manila secara khusus, dan Filipina secara umum (Hechanova, 2019). Ketimpangan ini, jelas menimbulkan masalah-masalah yang tak dapat dihindarkan, seperti kemiskinan, kejahatan dan bahkan masalah-masalah kesehatan- keperawatan jiwa, yang seperti di Indonesia kita kenal dan temukan dalam Asuhan keperawatan kepada pasien dengan masalah “Psikotik Gelandangan.” (Dias, 2020).

Filipina, yang merupakan negara dengan terkenal dengan keindahan alamnya, juga harus berhadapan dengan masalah penggunaan obat-obat terlarang yang beritanya sungguh sangat menghebohkan dunia. Saya rasa, banyak diantara kita yang mengetahui kebijakan yang dilahirkan oleh Presiden Filipina yang sangat terkenal pada masa itu. Tembak mati di tempat. Kebijakan ini sungguh menghebohkan dunia, dan dilawan oleh banyak pihak dengan alasan sangat-sangat tidak manusiawi dan melanggar hak asasi manusia. Keadaan seperti ini sungguh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia tentunya. Kita masih percaya pada kesempatan kedua-ketiga dan, kekuatan rehabilitasi bagi pengguna. Ini adalah sesuatu yang sungguh harus kita pertahankan dan terus dukung.

Filipina, sama seperti Indonesia dan banyak negara di Dunia yang masih saja berperang melawan stigma terhadap masalah kesehatan mental. Gangguan jiwa adalah masalah yang masih dipandang “memalukan” bagi keluarga dan komunitas. Diaganosis “Defisit Pengetahuan” yang ada hubungannya dengan pengetahuan akan apapun yang ada kaitannya dengan masalah gangguan mental-emosional juga masih menjadi masalah yang sama dihadapi oleh mereka di sana. Masalah pengetahuan ini, tentu saja akan sangat berdampak pada cara pandang dan bahkan penanganan yang diberikan kepada penderita atau pasien. Hal ini sesuai dan serupa seperti yang dilaporkan oleh Hernawaty et al., (2020) dalam penelitiannya baru-baru ini.

Namun, selama saya berada di Manila-Filipina, dan mungkin karena saya berada di lingkungan akademik, rasanya masalah kesehatan mental adalah masalah yang diletakkan sama pentingnya dengan masalah kesehatan fisik. Beberapa kebijakan yang saya rasakan di lingkungan sekolah, sungguh adalah kebijakan yang pro dengan masalah kesehatan dan kestabilan mental dari siswanya. Tidak hanya itu, bahkan ketika saya berada di rumah sakit dan menjadi praktikkan, pembimbing klinik dan bahkan psychiatric nurses di sana terus menerus mengupayakan agar keadaan mental-emosional saya tetap berada pada keadaan yang stabil dan dapat beradaptasi dengan baik. Tantangan pasti selalu ada, dan tantangan itu sangat diperlukan agar saya dapat belajar, dan lingkungan belajar saya pada saat itu, memastikan agar saya dapat belajar semaksimal mungkin, menyerap semaksimal mungkin dan tetap mempertahankan kestabilan keadaan mental- emosional saya. Ini tentu saja adalah sebuah anugerah yang sangat saya syukuri.

Sulit bagi saya untuk mengabaikan begitu saja kedua perbedaan ini, demikian juga sulit sekali untuk dapat hidup dengan terus menerus mengupayakan beradaptasi pada dunia yang jelas berbeda kontras dan rupanya. Tapi, pembelajaran dari dua dunia ini mengajarkan saya pengalaman yang luar biasa, yang pada kesempatan ini akan saya bagikan. Semoga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua.

Apapun yang saya tulis atau bagikan di sini, adalah berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri yang hidup dan berada di Manila-Filipina dari tahun 2015-2019. Saya berupaya agar pengalaman ini pun dapat dilihat sebagai sebuah pengalaman yang tidak hanya personal, tapi juga objektif dan berimbang dengan didukung oleh data dan fakta. Beberapa hal, terutama yang terkait dengan data dan fakta untuk meyakinkan pembaca sekalian, akan saya tuliskan dengan dukungan dari sumber- sumber yang dapat pembaca sekalian rujuk. Tentu saja sebagai bahan belajar untuk semua.

Files

Pelayanan Kesehatan Jiwa pada Keluarga dan Komunitas.pdf

Files (340.9 kB)